Tidur Dua Jam Lalu Terbangun di Sepuluh Malam
Seorang kawan, aku melihatnya,
dia menelefonku, mengajakku party, minum-minum
Kemudian seorang pria menarikku,
ia berkata di seberang kuburan sana kawan-kawan menantiku, oh, terlihat antrean panjang dari ujung sini
Aku manggut-manggut, kuantarkanlah ia, bukan ke pesta, tapi ke rumahnya
Sampai aku balik ke tepi, kupikir masih ada pesta di seberang sana
Aku pulang memutar, dengan sebatang kayu mahoni, membawaku pada suatu misi, mengarungi sungai berisikan tiga buaya putih, lalu berhasil, dan kudapatlah dua jelmaan angsa putih sebagai hadiah,
yang sebenernya adalah dua pasang kucing bercinta
Aku masukkan ke keranjang, lalu si pria kecil tiba
Melihatnya menaiki tangga dengan tas ransel sekolahnya,
aku bilang, “apakah humtala masih di sana?” Dia jawab, “kita ngopi di tempat biasa,”
kriiiingggg, gadis itu membawaku pergi liburan ke medan tempur,
pesawat perang,
rintangan terasering,
gunung-gunung gundul,
Ia bahagia saja kubonceng sedang wajahnya menatap wajahku,
seperti sedang di taman mini, tapi bukan, ini di bandara, atau
Sebelum ini aku bermimpi tentang lubang buaya, jurang dalam bawah tanah yang di dasarnya dipakai ngopi dan selfi-selfi
Nampak kejauhan, wisata sejarah yang dari pucuk gedungnya mengucurkan deras darah, banjir besar dari menara saidah,
apokalipstik,
aku takut,
tapi tuhan,
aku cinta dia
Di persimpangan yang dua kali kulewati,
aku bilang, “terima kasih, yuk (dengan jaket gunung sedang berdiri di samping penunjuk jalan belok ke kiri), buat motor trailnya”
Hari ini kami bersenang-senang, tapi besok aku menangis.